Apa Itu Keratosis Pilaris?

Keratosis Pilaris umumnya mudah dikenali oleh Dokter, bahkan oleh pasien sendiri dengan tampilan yang tampak seperti kulit ayam. Bintil Keratosis Pilaris akan teraba bertekstur kasar dan padat, sewarna kulit atau terkadang sedikit kemerahan di sekelilingnya serta tanpa rasa nyeri ataupun gatal yang berarti.

Lokasi khas munculnya Keratosis Pilaris adalah pada sisi luar lengan atas dan tungkai bawah dan pantat, namun tidak tertutup kemungkinan area lain seperti wajah, badan, dan bagian tubuh lain terkena.

Meskipun nyaris tanpa gejala penyerta yang mengganggu, sebagian kasus disertai kemerahan, gatal, maupun pembengkakan, biasanya apabila pasien melakukan manipulasi sendiri untuk berusaha mengelupas atau mengeluarkan isi dari lesi Keratosis Pilaris.

Keratosis Pilaris menurut sebagian pakar terbentuk akibat adanya proses keratinisasi yang abnormal sehingga menghasilkan sumbatan material keratin atau “sel kulit mati” pada folikel atau akar rambut. Sumbatan inilah yang akan tampak berupa bintil yang menutup pori dan kadang kemerahan maupun bersisik kering. Meski demikian, penyebab pasti mengapa hal ini dapat terjadi belum dapat sepenuhnya dijelaskan. Faktor genetik seperti mutasi pada gen tertentu dianggap berperan penting yang mendasari risiko atau kerentanan seseorang untuk mengalami gangguan ini. Gangguan bawaan pada fungsi barrier kulit juga kerap dihubungkan dengan Keratosis Pilaris, dimana Keratosis Pilaris sangat sering muncul pada seseorang dengan kondisi Dermatitis Atopik. Selain itu Keratosis Pilaris juga dikaitkan dengan beragam kondisi medis lain seperti iktiosis, obesitas, diabetes, gangguan hormonal, malnutrisi, serta beberapa kondisi genetik seperti Sindroma Down dan Noonan.

Laporan atau pengakuan pasien akan kulit yang cenderung kering atau sensitif, riwayat berbagai jenis alergi atau asma terkadang bisa memberikan petunjuk akan faktor yang mendasari terjadinya Keratosis Pilaris. Beberapa pasien juga mengaku kondisi memburuk atau kambuh dipengaruhi perubahan iklim/cuaca, suhu, kelembapan udara, atau faktor dari dalam seperti kondisi kesehatan yang sedang tidak fit.

Baca juga: Bagaimana Prosedur Selama Melakukan Perawatan Peeling?

Terkadang kondisi ini juga akan semakin buruk ketika kamu sedang hamil, setelah melahirkan, sedang menjalani masa-masa pubertas, atau saat musim dingin karena kulit cenderung mengering.

Cara Mencegah Keratosis Pilaris

Kondisi ini tidak sepenuhnya dapat dicegah, namun apabila kamu termasuk kelompok yang memiliki kecenderungan lebih untuk mengalami Keratosis Pilaris atau sudah pernah memiliki riwayat Keratosis Pilaris sebelumnya, beberapa hal atau kebiasaan harian sederhana dapat kamu coba untuk meminimalisir risiko ataupun mencegah meluasnya kondisi, seperti :

• Mandi dengan durasi singkat (kurang lebih 5 menit), menghindari berendam terlalu lama, serta menggunakan air dingin atau air hangat dengan suhu sedikit di atas suhu ruangan (tidak terlalu panas). 
• Memilih produk pembersih seperti sabun dengan formula yang baik, hipoalergenik, pH seimbang, atau memiliki kandungan pelembap tambahan.
• Mempertimbangkan memasang pelembab udara di ruangan rumah / kerja.
• Mengurangi aktivitas di dalam ruangan berpendingin atau menurunkan suhu.
• Mengoleskan pelembap sesuai jenis kulit secara rutin, idealnya segera setelah mandi dan diulang sesuai kebutuhan dan aktivitas.

Cara Mengatasi Kertosis Pilaris

Meskipun Keratosis Pilaris tidak berbahaya maupun menular, kondisi ini banyak dikeluhkan oleh pasien, terutama karena mengganggu penampilan dan mengurangi rasa percaya diri. Sebagian kasus dapat membaik dengan sendirinya atau dengan perawatan kulit dasar seperti pelembap, kebiasaan mandi yang tepat, serta menghindari dorongan untuk mencoba mengeluarkan isi lesi sendiri. Pada kasus dimana pasien menginginkan tindakan medis untuk mempercepat hilangnya Keratosis Pilaris, beberapa alternatif yang akan ditawarkan oleh Dokter diantaranya seperti:

• Pengobatan Topikal

Dapat berupa produk pelembap, skincare, hingga campuran khusus bahan obat yang mengandung AHA, Salicylic acid, retinoid, urea, hingga vitamin D3 dan lain-lain. Sebagian produk tersedia untuk dibeli tanpa resep, namun pemilihan produk sebaiknya tetap dengan memperhatikan saran Dokter.

• Chemical Peeling

Tindakan eksfoliasi dengan cairan kimia berstandar medis dari golongan AHA seperti glycolic atau lactic acid maupun Salicylic acid bisa menjadi salah satu opsi untuk mempercepat dan menormalkan siklus pergantian sel dan mengangkat sumbatan kulit mati. Tidak disarankan untuk menggunakan sendiri produk-produk pengelupasan di rumah yang tidak jelas asal usul dan kualitasnya.

• Mikrodermabrasi

Metode mikrodermabrasi akan mengikis secara terkontrol lapisan terluar kulit untuk mengurangi tumpukan kulit mati serta merangsang peremajaan jaringan dan pertumbuhan sel kulit normal.

• Laser

Beberapa jenis laser telah dilaporkan bermanfaat dalam mempercepat hilangnya Keratosis Pilaris dan memperbaiki tekstur kulit seperti pulsed dye laser, alexandrite laser, Nd:YAG laser, KTP, CO2 fraksional, dan lain-lain.

Pada sebagian kasus, Keratosis Pilaris hanyalah kondisi yang bersifat ringan dan temporer serta dapat ditangani secara sederhana. Namun untuk sebagian individu, Keratosis Pilaris bisa sangat mengganggu dengan perjalanannya yang hilang timbul atau luas. Apabila faktor pemicu atau kondisi yang mendasari dapat diidentifikasi, maka kondisi tersebut sebaiknya dicegah atau diperbaiki terlebih dahulu. Banyak pasien pada akhirnya mencoba berbagai metode atau pengobatan yang sebetulnya tidak terstandar secara medis dan akhirnya lebih banyak merugikan daripada memberikan manfaat. Karenanya, apabila kamu merasa terganggu oleh kondisi ini, ada baiknya kamu menyempatkan diri untuk berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Kulit terdekat untuk mendapatkan saran dan penanganan yang terbaik.

Jika kamu masih punya pertanyaan seputar keluhan kulit Keratosis Pilaris, silakan tanya dokter disini ya!

• Cleveland Clinic. (2020). Keratosis Pilaris
• MayoClinic. (2019). Keratosis Pilaris
• Family Doctor. (2020). Keratosis Pilaris
• Dermnet NZ. (2015). Keratosis Pilaris