Terinfeksi HIV Usai Treatment Microneedling?
02 July 2024 - by Nadira Maurizka
COPY LINK

Terinfeksi HIV Usai Treatment Microneedling?

 

April 2024 lalu, media internasional dikagetkan dengan berita HIV terbaru yang mengenai 3 orang perempuan asal New Mexico, Amerika Serikat. Bukan hal yang biasa, pasalnya mereka didiagnosa terkena HIV setelah melakukan treatment ‘Vampire Facial” di salah satu klinik kecantikan yang tidak berlisensi.

 

 

treatment-dengan-jarum-suntik.jpg

 

 

Banyak treatment kecantikan di klinik menggunakan jarum untuk memasukkan kandungan treatmentnya. Seperti suntik botulinum toxin, filler, PRP, hingga microneedling. Pada kasus di atas, vampire facial menggunakan metode PRP (Platelet-rich plasma) dan microneedling yang menggunakan darah dari tubuh pasien. Darah tersebut kemudian akan diolah menjadi PRP dan disuntikkan kembali ke kulit pasien. Lantas, bagaimana bisa prosedur treatment microneedling menyebabkan pasien terkena HIV?

 

 

Baca Juga: 5 Tips Memilih Klinik Kecantikan yang Tepat

 

 

Apa yang bisa menyebabkan kamu terinfeksi HIV?

 

Pada dasarnya, penyakit HIV disebabkan oleh virus bernama HIV (human immunodeficiency virus), yang apabila dibiarkan, virus ini akan membuat kamu dapat menderita AIDS (immunodeficiency syndrome), tahap akhir dari infeksi HIV. Seperti namanya, virus ini menyerang sistem imun kamu yaitu sel infection-fighting CD4 (CD4 T lymphocyte). Apabila kamu kehilangan sel ini, tubuh akan kesulitan menjaga kamu dari segala bentuk infeksi, penyakit dan bahkan kanker. 

 

HIV dapat ditularkan ke orang lain melalui cairan tubuh. Beberapa di antaranya seperti:

  •  Darah
  •  Sperma
  •  Cairan vagina
  •  ASI

 

Cairan tubuh tersebut umumnya disebarkan melalui hubungan seksual, tattoo, menyuntikkan obat (melalui jarum suntik), dan juga anak yang lahir dari ibu yang mengidap HIV (perinatal transmission). Penyebarannya tidak semudah itu, kamu tidak akan terinfeksi HIV hanya dengan bersalaman tangan atau memeluk orang yang mengidap HIV. Karena HIV tidak bisa ditularkan melalui air, udara ataupun gigitan dari nyamuk.  

 

 

Bahaya melakukan treatment di klinik abal-abal

 

 

Memilih-klinik-yang-aman.jpg

 

 

Banyak pasien memilih untuk melakukan treatment di klinik yang tak memiliki lisensi karena harganya yang jauh lebih murah dari klinik kecantikan lainnya. Belum lagi aksesnya yang mudah ditemui, seperti di rumah tinggal atau ruko kecil. Tanpa mengetahui apakah klinik dan petugas kesehatannya sudah terlisensi Kemenkes atau belum.

 

Risiko yang bisa kamu dapatkan jika melakukan treatment di klinik abal-abal:

  • Skincare yang tidak pasti kandungannya aman atau tidak (belum memiliki BPOM)
  • Kamu bisa disuntikkan di area yang salah
  • Menyuntikkan kandungan yang tidak seharusnya ke arteri bisa menyumbat aliran darah
  • Tempat tindakan yang tidak steril dapat memicu terjadinya infeksi pada kulit

 

 

Baca Juga: Hati-hati! Berikut Bahaya Beli Skincare Etiket Biru Sembarangan

 

 

Belum lagi tindakan ulang yang harus kamu lakukan apabila kamu mengalami risiko di atas, bisa jadi kamu harus merogoh dompet lebih dalam untuk mengembalikan kondisi wajah kamu seperti semula. Terutama tindakan yang dilakukan dengan jarum suntik, tidak boleh dilakukan dengan petugas kesehatan yang tidak memiliki lisensi resmi dari Kemenkes RI. 

 

Pastikan kamu melakukan treatment kecantikan di klinik yang sudah pasti aman dan berlisensi apabila tidak ingin mengalami seperti kasus di atas. Harga yang lebih mahal dari klinik abal-abal tentu juga diimbangi dengan maintenance kebersihan klinik yang tepat agar selalu steril untuk melayani pasien-pasiennya. Karena keamanan dan kenyamanan pasien merupakan yang terpenting. Jika kamu masih memiliki pertanyaan seputar masalah kulit, yuk konsultasi dengan dokter di sini!

 

 

Referensi:

Guardian (2024). Diakses pada 2024. Three women diagnosed with HIV after getting ‘vampire facials’ in New Mexico.

Imperial Aesthetics (2022). Diakses pada 2024. 5 Dangers of Visiting Unregulated Cosmetics Clinics.

National Institutes of Health (2023). Diakses pada 2024. HIV and AIDS: The Basics.

Tags :
Other Articles